Senin, 07 April 2014

CERITA RAKYAT DARI DAERAH BIAK NUMFOR PAPUA

ASAL USUL DELAPAN PULAU KECIL  DI ANTARA KAMPUNG SABA DAN WARWE
Cerita Rakyat ini Berasal dari Kampung Saba

Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor
 Kampung Saba dan Warwe merupakan dua kampung yang terletak di daerah pesisir pantai  Biak Timur  distrik Oridek. Di  kampung  itu tinggalah  para  penduduk  dan  diantaranya  terdapat  satu  keluarga  yang  terdiri  dari  nenek  dan  tiga  orang  cucu nya.   
        Si  nenek  bekerja  di ladang  untuk  memenuhi kebutuhan  hidup  mereka. Si nenekpun  sering  mengajak  cucu  perempuannya untuk pergi ke ladang bersamanya. Ketika  pergi  ataupun  pulang  dari  ladang  mereka selalu  melewati  sebuah jalan yang  di beri  nama jalan  Serbiser. 
        Tak pernah terfikir dalam benak si nenek ataupun Yomngga jika  penghuni jalan itu adalah seekor ular naga. Dan ular naga itu ternyata  telah  jatuh  cinta  kepada Yomngga  sejak lama.Terkadang sang naga  hanya bisa berfikir bagaimana ia bisa memiliki gadis itu dengan  kondisinya  yang  seperti  itu. 
        Ular naga akhirnya bisa mendapatkan cinta Yomngga dan bahkan memiliki gadis cantik itu.  Hubungan itu menyebabkan Yomngga mengandung  anak dari ular naga. Namun hubungan itu sangat ditentang oleh kedua saudara laki-laki Yomngga.

6
          Kedua menyusun beberapa rencana untuk membunuh ular naga itu sebelum seluruh warga  desa  mengetahui  hal  yang  sangat  memalukan  yang telah  terjadi  pada  keluarganya.  
          Rencana kedua saudaranyapun akhirnya berhasil, ular naga di potong menjadi delapan bagian dan bangkai ular naga terbut dikuburkan
dengan keadaan melintang dari  arah Barat  ke  Timur  diantara  kampung  Saba dan Warwe.       
          Pada  saat  itu  pula  berubahlah kuburan bangkai tubuh  naga  itu  menjadi  batu karang dan membentuk delapan pulau.
          Kabar tentang kejadian itupun akhirnya menjadi buah bibir para warga kampung. Yomngga memutuskan  untuk  pergi  dari  kampunya.  Ia  menyebrangi  lautan  dengan  perahu  kayunya  ke  arah  Barat. Akhirnya  ia  tiba  di suatu  tempat,  tepatnya  di  daerah  sorong dan Raja Ampat.  Tempat  tinggalnya  berada  didekat  sungai kecil.  Karena  kisah  hidupnya  itu  sungai  yang  berada  di dekat  tempat  tinggalnya  di beri  nama  sungai  Yomngga.
        Berikut nama delapan pulau kecil diantara  kampung  Saba  dan  Warwer yang berasal dari bangkai ular naga:
1.       Pulau Karu Sram
    Karu Sram dalam bahasa Biak  artinya batu orang muda
2.      

7
Pulau Sawaki
3.       Pulau Kaduki
Kaduki dalam bahasa Biak artinya sejenis tumbuhan di hutan yang melekat pada pohon
4.       Pulau Karbui
5.       Pulau Ifenker
Infeker dalam bahasa Biak artinya sepenggal bete
6.     Pulau Women Simbrir
Women Simbrir dalam bahasa Biak arinya budah budar
7.     Pulau Amawi
Amawi dalam bahasa Biak Artinya penoko sagu
8.     Pulau Mansasio
Mansio dalam bahasa Biak arinya terbelah
2.3. Uraian Isi
             Dahulu di daerah pesisir pantai  Biak Timur terdapat beberapa  perkampungan yang  saling  berdekatan.  Diantara kampung  tersebut  terdapat dua kampung yang bernama Saba dan Warwe. Kedua  kampung  tersebut  saling  bersebelahan.  Di kampung itu tinggalah para penduduk  dan  diantaranya  terdapat  satu  keluarga  yang  terdiri  dari  nenek  dan  tiga orang cucunya. Nenek itu harus mengurus  ke  tiga  cucunya  sendiri karena orang tua  mereka  telah  meninggal dunia sejak mereka  masih  kecil. Tiga  orang cucunya  terdiri  dari  satu  orang  perempuan  dan  dua laki  - laki. Walau  tidak  mudah  sang nenek  terus  bekerja  keras  untuk  menghidupi  keluarga  kecil  yang  di  milikinya  itu. 

8
        Si nenek bekerja di ladang untuk mencukupi kebutuhan hidup  mereka. Semangat  hidup yang  di  milikinya  benar – benar luar biasa. Bahkan panasnya matahari yang siap menyengat  kulitnya  yang  semakin  kusam itu tak menjadi  penghalang  yang  berarti untuknya. Jarak ladang  yang  jauh dari tempat  tinggalnyapun bukan suatu hal  yang perlu  di keluhkan olehnya.
Si nenekpun sering mengajak cucu perempuannya untuk pergi  ke  ladang  bersamanya. Yomngga  itulah nama cucu perempuan si nenek  yang kini telah menjadi gadis dewasa. Ketika pergi ataupun pulang dari  ladang  mereka selalu  melewati sebuah  jalan  yang di beri  nama  jalan  Serbiser. Namun terdengar kabar jika terdapat penghuni di jalan  Serbiser  itu.  Walaupun  begitu  nenek  dan  cucunya  tetap  melewati  jalan  itu  karena tak ada pilihan untuk memilih jalan lain.
        Tak pernah terpikir dalam benak si nenek ataupun Yomngga jika  penghuni jalan itu adalah seekor ular naga. Dan ular naga itu ternyata  telah jatuh cinta pada Yomngga sejak lama. Namun  bagaimanapun  sang  naga tetaplah seekor naga. Dia hanya bisa diam dan mengawasi  Yomngga setiap ia melintas di jalan itu. Terkadang sang naga hanya  bisa  berpikir bagaimana ia bisa memiliki gadis itu dengan kondisinya yang  seperti itu. Sekeras apapun naga berfikir ia belum juga  mendapatkan  cara yang tepat untuk memiliki gadis yang di cintainya itu.

9
         Matahari terlihat mulai menampakkan dirinya tanda pagi  ini akan  menjadi pagi yang cerah. Sudah menjadi rutinitas si nenek  dan Yomngga untuk pergi ke ladang saat hari masih pagi. Ketika melintasi jalan  Serbiser dengan diam - diam sang naga terus memandang langkah  Yomngga. Kali ini sang  naga benar – benar tak bisa menahan dirinya  lagi. Ia telah merencanakan sebuah cara  yang  telah  di  pikirkannya  dengan susah payah. 
        Ketika matahari mulai mengarah ke arah barat sang naga pergi ke  suatu tempat dimana si nenek dan Yomngga sering menjadikannya tempat beristirahat sekaligus mandi untuk menghilangkan rasa lelah  karena mereka  seharian bekerja.  Sang  naga  perlahan  masuk  ke  dalam  tas noken milik Yomngga  ketika Yomngga dan  Si  nenek tengah asyik  mandi.
         Hari semakin sore Si nenek  dan  Yomngga  bergegas   memakai  pakaian  mereka  lalu  bersiap – siap untuk pulang. Namun  tiba – tiba  saja Si nenek begitu terkejut ketika melihat seekor ular naga berada di  dalam noken cucunya. Yomngga pun ikut terkejut. Karena panik si  nenek dan Yomngga bergegas lari menjauh dari ular naga itu. Namun  langkah mereka terhenti ketika mendengar ular naga itu memanggil  mereka.  Yomnga dan Si nenek langsung  menoleh  kearah  ular  naga  itu. Mereka menatap  ular  naga  itu  dengan  tatapan  bingung.  Bagaimana  mungkin  seekor  ular  bisa  berbicara  seperti  manusia,  pikir  mereka.

10
        “Hai  perempuan,  janganlah takut kepadaku. Aku  tidak  akan  menyakiti kalian. Hanya saja bawa aku ke rumah kalian dan  sembunyikan aku di sana. Aku mohon .” ujar  sang  naga.
          Si nenek dan Yomngga nampak berpikir dan akhirnya mereka  memutuskan untuk membawa ular naga  itu  ke rumahnya dan merekapun  merahasiakan keberadaan ular naga tersebut.
          Pada suatu malam ular naga itu menjelma menjadi seorang lelaki.  Yomngga sangat terkejut  ketika melihat seorang laki – laki yang tidak  di kenalnya berada di dalam kamarnya.
          “Kamu siapa?” Tanya Yomngga.
          “Jangan takut! aku adalah  jelmaan  ular  naga  yang  bersembunyi  di kamarmu itu.” jawab ular naga.

11
          “Benarkah? Apa kamu tidak berbohong ?” Tanya  Yomngga  tidak  yakin dengan pengakuan  laki – laki  itu.
        “Tentu saja aku tidak berbohong. Yomngga,  taukah  kamu  jika  Sebenarnya sudah lama aku menyukaimu tapi aku tidak bisa  mengungkapkannya karena  aku adalah seekor ular? ” ujar  ular  Naga.  Yomnggapun  tak  bisa  berkata – kata  lagi. 
        Tiba – tiba sebuah  cahaya  keluar  dari  kamar Yomngga, kedua  saudara  laki - lakinyapun  sangat  terkejut  ketika  melihat  cahaya  itu  namun  mereka  tidak  berani  menanyakan  apa  yang  terjadi di kamar  saudara  perempuan  mereka  itu.  Hanya  Yomngga dan ular nagalah  yang  mengetahui  apa  yang  terjadi  di  kamar Yomngga.
        Hari terus berganti, Yomngga baru menyadari bahwa dirinya  tengah mengandung  dan  anak  itu  adalah  anak dari ular naga.  Perutnya  yang semakin  hari  semakin  membesar  tak bisa  ia tutupi  lagi. Kedua  saudaranyapun akhirnya mengetahui jika Yomngga tengah  mengandung.  Namun mereka tidak mengetahui siapa yang telah  melakukan  perbuatan  itu kepada Yomngga.
        “Siapakah yang melakukan perbuatan itu kepadamu Yomngga?” Tanya kakak laki - lakinya. Yomngga tidak berani menjawab  pertanyaan  kakak  laki – lakinya itu.

12
        “Jawab aku Yomngga!” desak  kakaknya.
        “ Siapa  orang  yang  berani  melakukan  itu  kepadamu?” Tanya  kakaknya  lagi  dengan  nada  suara  yang  terdengar  mulai  memuncak.
        “Tidak ada seorangpun  dari  sekian  banyak  pemuda di desa  ini  yang  melakukan hal  itu kepadaku.” Jawab  Yomngga.
        “Lalu siapa?” Tanya  kakaknya lagi.
         “yang  melakukan  perbuatan  itu  kepadaku adalah seekor ular  naga  yang  selama ini bersembunyi di  kamarku.” jawab Yomngga.
        Kedua saudara Yomngga tidak yakin  dengan  jawaban Yomngga  karena  jawaban  itu  terdengar sangat  aneh. Yomnggapun  mengajak  kedua  saudaranya  itu  masuk  ke  dalam  kamarnya  untuk  menunjukan  ular naga yang  di maksudkannya  tadi.
         Kedua  saudarnya  sangat  terkejut  ketika  mendapati  seekor ular  naga berada di atas tempat tidur Yomngga. Kemarahan kedua  saudaranya pun  tak  bisa di bendung  lagi,  karena  hal  itu  sudah  terjadi  sejak  lama  namun  mereka  baru  mengetahuinya  sekarang. 
          Dengan  perasaan  marah  sekaligus geli kedua saudaranya pun   meninggalkan Yomngga. Kedua saudara Yomngga  menyusun beberapa  rencana  untuk membunuh ular naga itu sebelum seluruh warga  desa  mengetahui  hal  yang  sangat  memalukan  telah  terjadi  pada  keluarganya.

13
         Pada suatu hari kedua saudara Yomngga hendak pergi untuk  mencari ikan di laut. Mereka  menyelam  mengitari  karang – karang  cukup  lama  namun  sial,  tak  satupun  ikan  berhasil  mereka  dapatkan.  Karena  kesal  mereka  memutuskan  untuk  pulang.  Sesampainya  di  rumah, nagapun  bertanya  kepada  ke  dua  saudara  Yomngga.
        “Bagaimana  hasil  pencarian  ikan  kalian  hari  ini?” Tanya naga.
        “Tak  ada seekor ikanpun yang kami dapatkan. Kami  tak  sanggup  menyelam ke dasar laut dan kamipun tak memiliki alat untuk  menangkap  ikan. ”  jawab  saudara  Yomngga. 
        “Kalau  begitu  gunakanlah  akar  tuba. 
        Dengan akar tuba kalian  bisa  mencari  ikan  dengan  cepat.”  Ujar  naga.
        Mendengar   usul  dari  naga  kedua  saudara  Yomngga  begegas  pergi  ke  hutan  untuk  mencari  akar  tuba. Tidak lama kemudian  mereka keluar dari hutan membawa empat ikat akar tuba lalu  membawanya  pulang.  Karena  hari  sudah  sore  mereka  memutuskan  untuk  pergi  mencari  ikan  di  esok  hari.

14
         Keesokan  harinya  mereka  hendak  pergi  mencari  ikan.  Dan  kali ini mereka mengajak naga pergi bersama mereka. Mereka  menggunakan  perahu  kayu  untuk  perjalanan  mereka  ke  tempat  itu.  Dan  tibalah  mereka  di suatu  tempat  yang  merupakan  sebuah  batu  bernama batu  inggow  yang  mereka  duga  terdapat  banyak  ikan  di  sana. 
        Mereka  menggunakan  akar  tuba  untuk  meracuni  ikan – ikan,  beberapa  saat  kemudian  banyak  ikan  yang  mati  dan  mengapung  ke permukaan  air.  Betapa  bahagianya  kedua  saudara Yomngga  ketika  melihat  ikan – ikan  yang  sudah  tidak  berdaya  itu. Mereka  langsung  memunguti ikan – ikan  itu  dengan bersemangat. Sang naga  juga ikut  membantu kedua saudara Yomngga tanpa menyadari sedikitpun  tentang  apa yang akan  terjadi padanya.
        “Bagaimana kalau kita lakukan sekarang?” bisik saudara  Yomngga.
         Dengan  diam – diam  salah  satu  saudara  Yomngga  pergi  ke  perahu  mereka untuk mengambil  parang. Dan  dengan  sangat  ganas  saudara  Yomngga  memotong  tubuh  ular  naga  itu  menjadi  delapan  bagian  dan  matilah  sang  ular  naga.  Kedua  saudara Yomnggapun  pulang  dengan  membawa  banyak  ikan dan  tampak  tenang  seperti  tidak terjadi sesuatu sehingga si  nenek dan Yomngga tak curiga  sedikitpun kepada kedua saudara Yomngga itu.

15
        Yomngga  nampak  begitu  bingung  ketika  tidak  melihat  sang  naga  di kamarnya. Ia  berusaha mencari  ular naga itu ke sekeliling  rumah  namun  ia  tak  mendapatkannya. Karena  begitu  penasaran  ia bertanya  kepada neneknya.
        “Apa  nenek  melihat naga ?”  Tanya Yomngga.
        “Seharian ini aku tidak melihatnya. Mungkin  dia  sedang  keluar  karena merasa  jenuh  di kamar” jawab  neneknya.
        “Tapi kenapa dia tidak bilang  dulu kepadaku?” ucapnya  bingung.
        “Mungkin  dia  pergi  saat kita  sedang  pergi  ke  ladang.” Ucap si  nenek meyakinkan cucunya itu.
          Yomngga  menunggu  sang  naga di depan  rumah. Namun ketika hari semakin larut sang  naga tak  juga  pulang. Perasaan  cemas  nampak  jelas  di raut  wajahnya.  Si nenekpun  larut  dalam  perasaan  cucunya  itu.
        “ Yomngga, masuklah kedalam ruma! hari  sudah  semakin  larut. Udara malam sangat tidak baik  untuk  kesehatanmu.  Dia  pasti  kembali, Yomngga” ujar neneknya. Yomngga menuruti perintah  neneknya  itu.
          Hari terus berganti. Sang naga tak juga pulang. Kini Yomngga benar  – benar  terlihat  sangat khawatir.

16
        Kedua saudara yang membunuh nagapun terlihat prihatin dengan  keadaan  adik  mereka  itu.
        “Sudahlah Yomngga! dia  hanyalah  seekor  ular.  Untuk  apa  kau  mencemaskannya ?” ujar  saudaranya.
        “Tapi  bagaimanapun  dia  adalah  ayah  dari  anak  yang  aku  kandung” jawab  Yomngga.
        “Ayah  seperti apa dia? dia bukan manusia. Jadi  kau  tidak  perlu  mencemaskannya. Lagipula  dia  pasti  tidak  akan  kembali.  Dia  hanya  memanfaatkanmu untuk memenuhi semua keinginannya” Ujar  saudaranya  lagi.
        “Aku  tidak  keberatan  meski  dia  bukan  seorang  manusia.” Ucap Yomngga tegas.
        “kalau begitu tunggu saja sampai dia datang kembali!  mungkinkah  dia  akan  kembali?” guman  saudaranya  itu. Yomngga  hanya  menatap  bingung  saudara  laki – lakinya  itu.
         Keesokan  harinya  si  nenek  dan  Yomngga  pergi  ke  ladang  kembali. Ketika  mereka tengah  dalam  perjalanan. Mereka  mendengar  kabar dari  warga  sekitar  jika  ada  yang  melihat  bangkai  ular  naga  yang  di  potong  menjadi  delapan  bagian. Si  nenek  dan  Yomngga  sangat  terkejut  dan  mereka  bergegas  kembali  ke  rumah.

17
        “Mungkinkah kakak yang telah membunuh naga ?” tebak  Yomngga.
        “Nenek  juga  berpikir  seperti  itu. Karena  selama  ini  kedua  saudaramu  tidak  menyukai  keberadaan  naga.” Jawab  neneknya. 
        Akhirnya  mereka  sampai  di  rumah. 
        “Nenek  dan  Yomngga  kenapa  pulang  cepat? Apa  ada  yang  tertinggal?” Tanya  kakak  laki – laki  Yomngga.
        “Apa  yang  kalian  lakukan  kepada  naga ?”  Tanya  neneknya  tanpa  berbasa – basi.
        “ Kenapa nenek bertanya  seperti  itu ?” Tanya  saudara  Yomngga  bingung.
        “ jawab  saja  pertanyaan  nenek!” Ucap  neneknya  serius.
“iya. Aku  yang  membunuh  Naga.” Jawab saudara Yomngga .
         Yomngga  sangat  terkejut  dengan  pengakuan  saudaranya  itu.  Si nenek dan Yomnggapun  benar – benar  marah  kepada  mereka. Dengan  hati  yang  berduka  si  nenek  dan  Yomngga  pergi  ke  tempat  dimana  naga  dibunuh. 
        Sesampainya di tempat  itu  nenek  dan  Yomngga  mengumpulkan  potongan  demi  potongan  tubuh  ular naga  dan  diaturnya  berderetan  dengan keadaan melintang dari arah Barat  ke  Timur  diantara  kampung  Saba  dan  Warwe.  Pada  saat  itu  pula  berubahlah  tubuh  Naga  itu  menjadi  batu  karang  besar  membentuk  pulau.

18
         Kini  waktunya  Yomngga  untuk  melahirkan.  Keluarganya  sangat  terkejut  karena  bayi yang di lahirkan Yomngga bukanlah  seorang  manusia  melainkan  sepuluh  ekor  anak  ular. Namun  keluarga  mereka merahasiakan  hal  tersebut  sehingga  tak  ada  yang  mengetahui  hal  itu.
        Pada suatu hari ada seorang lelaki yang hendak menikahi  Yomngga. Lelaki itu berasal dari keluarga bermarga Faindan.  Pernikahan yang terlihat bahagia itu tak berlangsung lama. Suami  Yomngga selalu keracunan setelah berhubungan intim dengan Yomngga  dan tidak lama kemudian ia meninggal  dunia.
        Si nenek  yang  mengobati nya dengan menggunakan dedaunan  menemukan  penyebab  kematian  suami  Yomngga  itu. Ternyata  penyebab  kematiannya adalah adanya seekor anak ular yang telah dilahirkan Yomngga. Dan  terbongkarlah  rahasia  tentang  perkawinan  Yomngga  dan  ular naga.  
         Kabar  tentang  kejadian  itupun  tersebar  luas dan  menjadi  buah  bibir para warga kampung. Yomngga benar – benar malu. Ia  memutuskan  untuk  pergi  dari  desanya.  Ia  menyebrangi  lautan  dengan  perahu  kayunya  ke  arah  Barat.

19
        Namun  tak  ada  alasan  untuk  tetap  tinggal  di  tempat  kelahirannya itu. Akhirnya  ia  tiba  di suatu  tempat  tepatnya  di  daerah  Raja Ampat dan Sorong  dan  tinggal  di  daerah  itu.  Tempat  tinggalnya  berada  didekat  sungai kecil.  Karena  kisah  hidupnya  itu  sungai  yang  berada  di dekat  tempat  tinggalnya  di beri  nama  sungai  Yomngga.
        Bangkai naga yang telah  dikuburkan dan berubah menjadi delapan pulau kecil  diantara  desa  Saba  dan  Warwe, di beri  nama sebagai berikut:
-         Karu Sram 
-         Sawaki       
-         Kaduki
-         Karbui
-         Ifenker
-         Women simbrir
-         Amawi
-         Mansasio 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar