Cerita Rakyat ini Berasal dari Kampung
Saba
Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor
Kampung Saba dan Warwe merupakan dua kampung yang
terletak di daerah pesisir pantai Biak
Timur distrik Oridek. Di kampung
itu tinggalah para penduduk
dan diantaranya terdapat
satu keluarga yang
terdiri dari nenek
dan tiga orang
cucu nya.
Si nenek bekerja
di ladang untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Si nenekpun sering mengajak
cucu perempuannya untuk pergi ke ladang
bersamanya. Ketika pergi ataupun
pulang dari ladang
mereka selalu melewati sebuah jalan yang di beri
nama jalan Serbiser.
Tak pernah terfikir dalam benak si nenek ataupun Yomngga jika penghuni jalan itu adalah seekor ular naga.
Dan ular naga itu ternyata telah jatuh
cinta kepada Yomngga sejak lama.Terkadang sang naga hanya bisa berfikir bagaimana ia bisa memiliki
gadis itu dengan kondisinya yang
seperti itu.
|
6
|
Rencana kedua saudaranyapun akhirnya berhasil, ular naga di
potong menjadi delapan bagian dan bangkai ular naga terbut dikuburkan
dengan keadaan
melintang dari arah Barat ke
Timur diantara kampung
Saba dan Warwe.
Pada saat itu
pula berubahlah kuburan bangkai tubuh naga
itu menjadi batu karang dan membentuk delapan pulau.
Kabar
tentang kejadian itupun akhirnya menjadi buah bibir para warga kampung. Yomngga
memutuskan untuk pergi
dari kampunya. Ia
menyebrangi lautan dengan
perahu kayunya ke
arah Barat. Akhirnya ia
tiba di suatu tempat,
tepatnya di daerah
sorong dan Raja Ampat.
Tempat tinggalnya berada
didekat sungai kecil. Karena
kisah hidupnya itu
sungai yang berada
di dekat tempat tinggalnya
di beri nama sungai
Yomngga.
1.
Pulau Karu Sram
2.
|
7
|
3.
Pulau Kaduki
Kaduki
dalam bahasa Biak artinya sejenis tumbuhan di hutan yang melekat pada pohon
4.
Pulau Karbui
5.
Pulau Ifenker
Infeker dalam bahasa Biak artinya sepenggal
bete
6.
Pulau Women Simbrir
Women
Simbrir dalam bahasa Biak arinya budah budar
7.
Pulau Amawi
Amawi
dalam bahasa Biak Artinya penoko sagu
8.
Pulau Mansasio
Mansio
dalam bahasa Biak arinya terbelah
2.3.
Uraian Isi
|
8
|
Si nenekpun sering
mengajak cucu perempuannya untuk pergi
ke ladang bersamanya. Yomngga itulah nama cucu perempuan si nenek yang kini telah menjadi gadis dewasa. Ketika
pergi ataupun pulang dari ladang mereka selalu
melewati sebuah jalan yang di beri
nama jalan Serbiser. Namun terdengar kabar jika terdapat
penghuni di jalan Serbiser itu.
Walaupun begitu nenek
dan cucunya tetap
melewati jalan itu
karena tak ada pilihan untuk memilih jalan lain.
|
9
|
|
10
|
Si nenek dan Yomngga nampak berpikir dan akhirnya mereka memutuskan untuk membawa ular naga itu ke
rumahnya dan merekapun merahasiakan
keberadaan ular naga tersebut.
Pada suatu malam ular naga itu
menjelma menjadi seorang lelaki. Yomngga
sangat terkejut ketika melihat seorang laki
– laki yang tidak di kenalnya berada di
dalam kamarnya.
“Kamu siapa?” Tanya Yomngga.
|
11
|
“Tentu saja aku tidak berbohong. Yomngga, taukah
kamu jika Sebenarnya sudah lama aku menyukaimu tapi aku
tidak bisa mengungkapkannya karena aku adalah seekor ular? ” ujar ular
Naga. Yomnggapun tak
bisa berkata – kata lagi.
Tiba – tiba sebuah
cahaya keluar dari
kamar Yomngga, kedua saudara laki - lakinyapun sangat
terkejut ketika melihat
cahaya itu namun
mereka tidak berani menanyakan
apa yang terjadi di kamar saudara
perempuan mereka itu.
Hanya Yomngga dan ular nagalah yang
mengetahui apa yang
terjadi di kamar Yomngga.
Hari terus berganti, Yomngga baru
menyadari bahwa dirinya tengah mengandung dan
anak itu adalah
anak dari ular naga.
Perutnya yang semakin hari
semakin membesar tak bisa
ia tutupi lagi. Kedua saudaranyapun akhirnya mengetahui jika
Yomngga tengah mengandung. Namun mereka tidak mengetahui siapa yang telah melakukan
perbuatan itu kepada Yomngga.
|
12
|
“ Siapa orang yang
berani melakukan itu
kepadamu?” Tanya kakaknya lagi
dengan nada suara
yang terdengar mulai
memuncak.
“Tidak ada seorangpun
dari sekian banyak
pemuda di desa ini yang
melakukan hal itu kepadaku.”
Jawab Yomngga.
“Lalu siapa?” Tanya
kakaknya lagi.
“yang melakukan
perbuatan itu kepadaku adalah seekor ular naga yang selama ini bersembunyi di kamarku.” jawab Yomngga.
Kedua saudara Yomngga tidak yakin dengan
jawaban Yomngga karena jawaban itu
terdengar sangat aneh. Yomnggapun mengajak
kedua saudaranya itu
masuk ke dalam
kamarnya untuk menunjukan
ular naga yang di maksudkannya tadi.
Kedua
saudarnya sangat terkejut
ketika mendapati seekor ular
naga berada di atas tempat tidur Yomngga. Kemarahan kedua saudaranya pun tak
bisa di bendung lagi, karena
hal itu sudah
terjadi sejak lama
namun mereka baru
mengetahuinya sekarang.
|
13
|
“Bagaimana hasil pencarian
ikan kalian hari
ini?” Tanya naga.
“Tak ada seekor
ikanpun yang kami dapatkan. Kami
tak sanggup menyelam ke dasar laut dan kamipun tak
memiliki alat untuk menangkap ikan. ”
jawab saudara Yomngga.
“Kalau begitu gunakanlah
akar tuba.
Dengan akar tuba kalian
bisa mencari ikan
dengan cepat.” Ujar naga.
|
14
|
Mereka
menggunakan akar tuba
untuk meracuni ikan – ikan,
beberapa saat kemudian
banyak ikan yang
mati dan mengapung
ke permukaan air. Betapa
bahagianya kedua saudara Yomngga ketika
melihat ikan – ikan yang
sudah tidak berdaya
itu. Mereka langsung memunguti ikan – ikan itu
dengan bersemangat. Sang naga
juga ikut membantu kedua saudara
Yomngga tanpa menyadari sedikitpun
tentang apa yang akan terjadi padanya.
“Bagaimana kalau kita lakukan sekarang?” bisik saudara Yomngga.
|
15
|
“Apa nenek melihat naga ?” Tanya Yomngga.
“Seharian ini aku tidak melihatnya. Mungkin dia
sedang keluar karena merasa
jenuh di kamar” jawab neneknya.
“Tapi kenapa dia tidak bilang
dulu kepadaku?” ucapnya bingung.
“Mungkin dia pergi
saat kita sedang pergi
ke ladang.” Ucap si nenek meyakinkan cucunya itu.
Yomngga menunggu
sang naga di depan rumah. Namun ketika hari semakin larut
sang naga tak juga
pulang. Perasaan cemas nampak
jelas di raut wajahnya.
Si nenekpun larut dalam
perasaan cucunya itu.
“ Yomngga, masuklah kedalam ruma! hari sudah
semakin larut. Udara malam sangat
tidak baik untuk kesehatanmu.
Dia pasti kembali, Yomngga” ujar neneknya. Yomngga
menuruti perintah neneknya itu.
|
16
|
“Sudahlah Yomngga! dia
hanyalah seekor ular.
Untuk apa kau
mencemaskannya ?” ujar
saudaranya.
“Tapi bagaimanapun dia
adalah ayah dari
anak yang aku
kandung” jawab Yomngga.
“Ayah seperti apa dia?
dia bukan manusia. Jadi kau tidak
perlu mencemaskannya.
Lagipula dia pasti
tidak akan kembali.
Dia hanya memanfaatkanmu untuk memenuhi semua keinginannya”
Ujar saudaranya lagi.
“Aku tidak keberatan
meski dia bukan
seorang manusia.” Ucap Yomngga
tegas.
“kalau begitu tunggu saja sampai dia datang kembali! mungkinkah
dia akan kembali?” guman saudaranya
itu. Yomngga hanya menatap
bingung saudara laki – lakinya itu.
|
17
|
“Nenek juga berpikir
seperti itu. Karena selama
ini kedua saudaramu
tidak menyukai keberadaan
naga.” Jawab neneknya.
Akhirnya mereka sampai
di rumah.
“Nenek dan Yomngga
kenapa pulang cepat? Apa
ada yang tertinggal?” Tanya kakak
laki – laki Yomngga.
“Apa yang kalian
lakukan kepada naga ?”
Tanya neneknya tanpa
berbasa – basi.
“ Kenapa nenek bertanya
seperti itu ?” Tanya saudara
Yomngga bingung.
“ jawab saja pertanyaan
nenek!” Ucap neneknya serius.
“iya. Aku yang
membunuh Naga.” Jawab saudara
Yomngga .
Yomngga sangat
terkejut dengan pengakuan
saudaranya itu. Si nenek dan Yomnggapun benar – benar
marah kepada mereka. Dengan hati
yang berduka si
nenek dan Yomngga
pergi ke tempat
dimana naga dibunuh.
|
18
|
Pada suatu hari ada seorang lelaki yang
hendak menikahi Yomngga. Lelaki itu
berasal dari keluarga bermarga Faindan.
Pernikahan yang terlihat bahagia itu tak berlangsung lama. Suami Yomngga selalu keracunan setelah berhubungan
intim dengan Yomngga dan tidak lama
kemudian ia meninggal dunia.
Si nenek yang mengobati nya dengan menggunakan dedaunan menemukan
penyebab kematian suami
Yomngga itu. Ternyata penyebab
kematiannya adalah adanya seekor anak ular yang telah dilahirkan Yomngga.
Dan terbongkarlah rahasia
tentang perkawinan Yomngga
dan ular naga.
|
19
|
Bangkai naga yang telah
dikuburkan dan berubah menjadi delapan pulau kecil diantara
desa Saba dan
Warwe, di beri nama sebagai
berikut:
-
Karu Sram
-
Sawaki
-
Kaduki
-
Karbui
-
Ifenker
-
Women simbrir
-
Amawi
-
Mansasio
Tidak ada komentar:
Posting Komentar